TELAT MENIKAH

Setiap wanita didunia ini pasti ingin menikah, tetapi kapan waktunya,tidak ada yang tahu kecuali Allah SWT. Menikah adalah ibadah terlama, untuk itu menikah bukan permainan melainkan perkara yang sangat serius sehingga tidak bisa kita putuskan dalam waktu semalam akan tetapi perlu kesiapan didalamnya.

Beberapa orang merencanakan bahwa dia akan menikah di usia muda yaitu sekitar umur 18 – 20 tahun. Dan sebagian lagi merencanakan menikah di usia matang atau saat ia sudah mapan. Ada berbagai pertimbangan untuk menentukan kapan waktu pernikahan terbaik.

Berikut kisah dan pengalaman seorang akhwat yang memilih menunda menikah dan lebih memilih karir yang dibagikan lewat akun facebook Cirebon Tanpa Pacaran .

Aku sudah lulus kuliah dan sudah mendapatkan pekerjaan yang bagus. Lamaran kepada diriku untuk menikah juga mulai berdatangan,apan tetapi aku tidak mendapatkan seorangpun yang bisa membuatku tertarik.

Kemudian kesibukanku kerja dan karir memalingkan aku dari segala hal yang lain. Hingga aku sampai berumur 34 tahun.

Ketika itulah aku baru menyadari bagaimana susahnya terlambat menikah. Pada suatu hari datang seorang pemuda meminangku. Usianya lebih tua dariku 2 tahun. Dia berasal dari keluarga yang kurang mampu. Tapi aku ikhlas menerima dirinya apa adanya.

Kami mulai menghitung rencana pernikahan. Dia meminta kepadaku photo copy KTP untuk pengurusan surat-surat pernikahan. Aku segera menyerahkan itu kepadanya.

Setelah berlalu dua hari ibunya menghubungiku melalui telepon. Beliau memintaku untuk bertemu secepat mungkin.

Aku segera menemuinya. Tiba-tiba ia mengeluarkan photo copyan KTP ku. Dia bertanya kepada ku apakah tanggal lahirku yang ada di KTP itu benar?

Aku menjawab: Benar.
Lalu ia berkata: Jadi umurmu sudah mendekati usia 40 tahun?!
Aku menjawab: Usiaku sekarang tepatnya 34 tahun.
Ibunya berkata lagi: Iya, sama saja.
Usiamu sudah lewat 30 tahun.
Itu artinya kesempatanmu untuk memiliki anak sudah semakin tipis.
Sementara aku ingin sekali menimang cucu.

Dia tidak mau diam sampai ia mengakhiri proses pinangan antara diriku dengan anaknya.

Masa-masa sulit itu berlalu sampai 6 bulan. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi melaksanakan ibadah umroh bersama ayahku, supaya aku bisa menyiram kesedihan dan kekecewaanku di Baitullah.

Akupun pergi ke Mekah. Aku duduk menangis, berlutut di depan ka’bah. Aku memohon kepada Allah supaya diberi jalan terbaik.

Setelah selesai shalat, aku melihat seorang perempuan membaca Al Qur’an dengan suara yang sangat merdu. Aku mendengarnya lagi mengulang-ulang ayat:

“Dan karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu itu sangat besar”. (An Nisa: 113)

Air mataku menetes dengan derasnya mendengar lantunan ayat itu.

Tiba-tiba perempuan itu merangkulku ke pangkuannya. Dan ia mulai mengulang-ulang firman Allah:

“Dan sungguh,kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia_Nya kepadamu,sehingga engkau menjadi puas”. (Adh Dhuha: 5)

Demi Allah,seolah-olah aku baru kali itu mendengar ayat itu seumur hidupku. Pengaruhnya luar biasa,jiwaku menjadi tenang.

Setelah seluruh ritual umroh selesai, aku kembali ke Cairo. Di pesawat aku duduk di sebelah kiri ayahku,sementara disebelah kanan beliau duduk seorang pemuda.

Jantungku berdenyut sangat kencang akibat kejutan yang tidak pernah aku bayangkan ini.

Lalu aku meminta pertimbangan ayahku terhadap tawaran suami temanku itu. Beliau menyemangatiku untuk mendatanginya. Boleh jadi dengan cara itu Allah memberiku jalan keluar.

Akhirnya,akupun datang berkunjung ke rumah temanku itu. Hanya beberapa hari setelah itu pemuda tadi sudah datang melamarku secara resmi.

Dan hanya satu bulan setengah setelah pertemuan itu kami betul-betul sudah menjadi pasangan suami istri. Jantungku betul-betul mendenyutkan harapan kebahagiaan.

Kehidupanku berkeluarga dimulai dengan keoptimisan dan kebahagiaan. Aku mendapatkan seorang suami yang betul-betul sesuai dengan harapanku. Dia seorang yang sangat baik, penuh cinta, lembut, dermawan, punya akhlak yang subhanallah, ditambah lagi keluarganya yang sangat baik dan terhormat.

Namun sudah beberapa bulan berlalu belum juga ada tanda-tanda kehamilan pada diriku. Perasaanku mulai diliputi kecemasan. Apalagi usiaku waktu itu sudah memasuki 36 tahun.

Aku minta kepada suamiku untuk membawaku memeriksa diri kepada dokter ahli kandungan. Aku khawatir kalau aku tidak bisa hamil.

Kami pergi untuk periksa ke seorang dokter yang sudah terkenal dan berpengalaman. Dia minta kepadaku untuk cek darah.

Ketika kami menerima hasil cek darah, ia berkata bahwa tidak ada perlunya aku melanjutkan pemeriksaan berikutnya, karena hasilnya sudah jelas. Langsung saja ia mengucapkn “Selamat,anda hamil!”

Hari-hari kehamilanku pun berlalu dengan selamat, sekalipun aku mengalami kesusahan yang lebih dari orang biasanya. Barangkali karena aku hamil di usia yang sudah agak berumur.

Sepanjang kehamilanku, aku tidak punya keinginan mengetahui jenis kelamin anak yang aku kandung. Karena apapun yang dikaruniakan Allah kepadaku semua adalah nikmat dan karunia_Nya.

Setiap kali aku mengadukan bahwa rasanya kandunganku ini terlalu besar,dokter itu menjawab,” itu karena kamu hamil di usia sudah sampai 36 tahun.

Selanjutnya datanglah hari-hari yang ditunggu, hari saatnya melahirkan. Proses persalinan secara caesar berjalan dengan lancar. Setelah aku sadar, dokter masuk ke kamarku dengan senyuman mengambang di wajahnya sambil bertanya tentang jenis kelamin anak yang aku harapkan. Aku menjawab bahwa aku hanya mendambakan karunia Allah. Tidak penting bagiku jenis kelaminnya. Laki-laki atau perempuan akan aku sambut dengan beribu syukur.

Aku dikagetkan dengan pernyataan ,” Jadi bagaimana pendapatmu kalau kamu memperoleh Hasan,Husain, dan Fatimah sekaligus?”

Aku tidak paham apa gerangan yang ia bicarakan. Denga penuh penasaran aku bertanya apa yang ia maksud?

Lalu ia menjawab sambil menenangkan ku supaya jangan kaget dan histeris bahwa Allah telah mengaruniaiku 3 orang anak sekaligus. 2 laki-laki dan 1 orang perempuan.

Seolah-olah Allah berkeinginan memberiku 3 orang anak sekaligus untuk mengejar ketinggalanku dan ketuaan umurku.

Sebenarnya dokter itu tahu kalau aku mengandung anak kembar 3, tapi ia tidak ingin menyampaikan hal itu kepadaku suapaya aku tidak merasa cemas menjalani masa-masa kehamilanku.

Lantas aku menangis sambil mengulang-ulang ayat Allah : “Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia_Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas” (Adh Dhuha: 5)

Allah SWT berfirman :” Dan bersabarlah menunggu ketetapan Tuhanmu, karena sesungguhnya engakau berada dalam pengawasan kami.” (Ath Thur: 48)

Teruslah berdoa dengan penuh keyakinan bahwa Allah tidak akan pernah meninggalkan kita . Semoga bermanfaat 😊

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai