
Assalamualaikum sahabat fillah….
Apa yang kita rasakan jika kita tidak bertemu dengan orang yang kita sayang??
Pasti rindu bukan!! Tetapi jika rindu hanya sebatas terpisah jarak itu masih ada kemungkinana untuk bertemu. Bagaimana jika terpisah kehidupan, sudah tidak ada lagi kemungkinan untuk bertemu kecuali di akhirat kelak.
Hari ini saya sangat rindu dengan almarhum ayah yang meninggal 4 bulan yang lalu, disaat saya lagi membutuhkan semangat karena 2 minggu kedepannya saya akan menghadapi ujian akhir cawu.
Beliau adalah sosok ayah yang tidak terlalu dekat dengan anak-anaknya, karena waktunya lebih banyak ia gunakan untuk mencari nafkah untuk kami semua. Beliau orangnya cenderung serius, dan selalu meramaikan rumah dengan nasihat dan kata-kata mutiara.
Sejak jauh dari beliau yaitu dari lulus SMA hingga sebelum beliau meninggal, setiap pagi dan menjelang petang saya selalu menelponnya. Menceritakan segala keluh kesah yang saya rasakan dan beliau selalu mengatakan “kamu tidak boleh menyerah apapun yang terjadi tetap berusaha dan berdoa, kamu pasti bisa.” Subhanallah, memang setelah kepergiannya, semakin banyak kebaikan yang ternyata kami tidak sadari. 😥
Alhamdulullah, penuh syukur memiliki ayah seperti beliau.
Seolah masih tergambar jelas dimata ini segala tentang ayah. Setidaknya gambaran ini mewakili rasa rindu pada ayah. Namun ada kesedihan, karena saya belum bisa berbuat banyak untuk membahagiakan beliau dan juga belum maksimal beribadah seperti yang beliau nasihatkan dan harapkan.
Hari ini sepertinya rasa rindu yang terbesar dari rasa rindu yang muncul sebelumnya karena minggu-minggu ini saya sedang menghadapi ujian akhir cawu 2. Menangis itu adalah hal yang biasa, akan tetapi in syaa Allah tangisan ini bukan tangisan ratapan. Hanya sekedar luapan rindu dan ingin membuat beliau bangga kepada saya, namun belum bisa saya lakukan.
Sempat berfikir, apakah boleh kita merindu kepada orang yang sudah meninggal?
Teringat dulu pernah mendengar bahwa Rasulullah SAW setelah meninggalnya Khadijah pun juga merasakan ridu kepada istri tercntanya. Jadi ini adalah perasaan yang manusiawi. Selama tidak berlebihan sampai meratapi atau tidak ikhlas akan kepergian orang tersebut.
Juga sempat terpikir, apa yang kita lakukan jika kita rindu kepada orang yang sudah meninggal sesuai dengan aturan Islam?
Yang pertama kali teringat dibenak saya adalah mendoakannya. Kemudian itulah yang saya lakukan bersama saudara dan ibu saya.
Lalu apa lagi ya? masa hanya itu?
Tadi sempat googling sebentar, dan saya tidak menemukan anjuran-anjuran secara khusus terkait ini. Namun sebenarnya sudah jelas di jelaskan dalam hadits:
“Apabila seorang manusia meninggal maka putus amalnya, kecuali tiga hal: sedekah jariyah, anak yang salih dan mendoakannya, ilmu yang bermanfaat sesudahnya” (HR. Muslim, Abu Daud, At-Tirmidzi, Nasa’i dan Ahmad)
Jadi untuk membuat ayah bahagia disana, saya bisa melakukannya dari sini. dengan meneruskan 3 hal itu, bersedekah jariyah yang saya niatkan atas nama ayah. selai itu saya juga adalah anaknya, sehingga saya berpeluang melakukan yang kedua, yaitu “anak shaleh yang mendoakan.” Dengan memperbanyak permohonan ampunan, kebaikan serta keselamatan kepada Allah SWT untuk ayah.
Meskipun saya belum menjadi anak yang shalihah, namun saya yakin doa yang saya panjatkan kepada Allah SWT untuk ayah pasti sampai selama niatnya benar. Juga segala kebaikan yang saya lakukan ayah juga mendapatkan imbasnya, karena itu bagian dari hasil didikan ayah kepada saya. Ini termasuk juga pada poin ke 3, yaitu “Ilmu yang bermanfaat sesudahnya.” Wallahu’alam bish showab.
In syaa Allah beberapa hari lagi kita akan memasuki Bulan RAmadhan, bulan yang penuh dengan ampunan dan barokah. Di bulan ini, segala siksa kubur dihentikan dan semoga ayah dijauhkan dari siksa kubur, diterima amal ibadahnya, di ampuni segala kesalahannya. Dan semoga Allah mempertemukan kita semua kelak di syurga-Nya Aamiin yaa robbal aalamiin. Hanya dengan rahmat Allah SWT lah kita bisa sampai disit, bukan karena semata amal kita yang sedikit ini.











